Kompetensi seorang karyawan dapat menjadi faktor pendukung dalam visi dan tujuan perusahaan. Untuk itu, perusahaan dapat membuat alat manajemen dalam memetakan dan menilai kemampuan karyawan, salah satunya dengan matriks kompetensi karyawan. Matriks ini juga dapat dipadukan standar sistem manajemen lain seperti standar ISO yang dapat disesuaikan dengan projek, skema, dan rencana bisnis perusahaan.
Menurut UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Kompetensi kerja seseorang dapat dinilai melalui instrumen manajemen dalam menentukan klasifikasi dan kualifikasi karyawan, yaitu dengan matriks kompetensi karyawan.
Matriks kompetensi karyawan merupakan perangkat yang digunakan untuk mengukur dan menilai kompetensi dalam mencapai target perusahaan. Matriks ini mengidentifikasi kemampuan karyawan yang dibutuhkan dalam pekerjaan dan menetapkan tingkat keahlian sesuai dengan kriteria pengukuran tersebut. Tujuan matriks kompetensi yakni memastikan karyawan mempunyai kemampuan dan wawasan terkait dengan tuntutan kerja yang mereka kerjakan.
Pengukuran kompetensi karyawan tidak hanya tersedia pada matriks kompetensi, melainkan juga tersedia pada sistem manajemen lain, seperti ISO. ISO merupakan sistem manajemen berstandar internasional yang digunakan untuk berbagai jenis organisasi dari berbagai skala. Contoh standar ISO yang populer di dunia diantaranya ISO 9001 (Sistem Manajemen Mutu), ISO 27001 (Sistem Manajemen Keamanan Informasi), ISO 45001 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
Standar-standar ISO di atas memuat Klausul 7.2 Kompetensi yang berisi tentang bagaimana menentukan kompetensi yang diperlukan, memastikan karyawan memiliki kompetensi berdasarkan pendidikan, pelatihan, atau pengalaman, memperoleh kompetensi yang diperlukan, serta menyimpan informasi yang sesuai bukti kompetensi.
Baca juga: Tips Menyampaikan Manfaat Sertifikasi ISO kepada Klien & Partner Bisnis
Dalam konteks ini, Anda dapat menyusun matriks kompetensi karyawan berdasarkan standar ISO. Berikut cara menyusun matriks kompetensi karyawan sesuai standar ISO:
Seperti yang disinggung di atas, terdapat beberapa standar ISO yang mengandung Klausul 7.2 Kompetensi, sehingga hal pertama yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan menentukan kompetensi yang dibutuhkan, menangani gap kompetensi, serta menyimpan bukti kompetensi.
Klasifikasikan posisi, jabatan, dan level kompetensi karyawan dalam struktur perusahaan. Hal ini dilakukan untuk membagi dan memfilter seluruh anggota karyawan dalam satu kelompok dan kategori.
Komparasikan antara kompetensi yang dibutuhkan dengan kompetensi yang dimiliki oleh karyawan. Contohnya seperti, yang dibutuhkan adalah ahli dengan level 3, sedangkan sumber daya manusia (karyawan) yang dimiliki adalah dasar dengan level 1. Maka terdapat gap, sehingga yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan melakukan pelatihan atau mentoring.
Matriks kompetensi harus selaras dengan prosedur, pelatihan, dan standar sesuai dengan dokumen ISO. Selanjutnya, lakukan audit internal secara berkala untuk membuktikan pemenuhan klausul kompetensi, sehingga ini dapat menjadi bukti objektif ketika ada audit eksternal atau sebagai syarat tender proyek.
Matriks kompetensi berfungsi sebagai klasifikator dalam memetakan dan mengukur kemampuan karyawan. Matrik kompetensi dapat dipadukan dengan standar ISO untuk menyelaraskan sesuai dengan standar dokumen ISO. Hal ini akan membantu perusahaan dalam menghadapi audit eksternal atau sebagai syarat tender proyek. Anda dapat berkonsultasi dengan kami terkait ISO dengan mengunjungi website berikut ini kiskonsultan.com. Layanan kami tidak hanya memberikan saran terbaik, tetapi juga mendampingi perusahaan Anda dalam implementasi dan sertifikasi ISO.